TIMES KARAWANG, PONOROGO – Kabupaten Ponorogo memang mempunyai reputasi yang solid di dunia olahraga bela diri di Jawa Timur, khususnya jujitsu.

Dari segi teknik, disiplin, dan semangat komunitasnya, banyak yang mengakui kualitas pembinaan jujitsu di Ponorogo patut diacungi jempol.

Kalau sudah bicara prestasi jujitsu, baik tingkat daerah maupun nasional, nama Ponorogo kerap muncul di daftar juara.

Olahraga beladiri yang menggabungkan unsur pencak silat lokal dengan teknik jujitsu Jepang, menciptakan gaya khas  yang dikenal sebagai Indonesian Jujitsu.

Banyak kalangan yang mencintai olahraga bela diri ini mengklain jujitsu di Ponorogo punya akar sejarah yang kuat dan berperan penting dalam perkembangan jujitsu di Indonesia.

Awal mula bela diri ini bernama jujitsu Bantaran Angin yang berdiri di Ponorogo tahun 1963.

Perguruan ini menjadi salah satu pionir jujitsu di Indonesia dan bahkan disebut sebagai cikal bakal terbentuknya Institut jujitsu Indonesia (IJI).

Seperti yang diungkapkan Ketua IJI Kabupaten Ponorogo, Muryanto, salah satu pendiri utama adalah Bambang Supriyanto, yang dikenal sebagai guru besar jujitsu Ponorogo.

Ia mempelajari jujitsu dari seorang mantan tentara Heiho yang bernama R. Soetopo.

Bersama tiga sahabatnya termasuk almarhum Djosua PM Sitompul, mereka mendirikan perguruan yang kemudian berkembang pesat ke berbagai daerah.

Bambang Supriyanto juga pernah menjabat sebagai dewan pelatih IJI Jawa Timur dan dewan penasehat IJI Pusat di Jakarta.

"Ia dikenal pemegang sabuk merah putih Dan X, tingkatan tertinggi jujitsu," kata Muryanto kepada TIMES Indonesia, Rabu (2/7/2025).

Ia pun mengklaim, semangat jujitsu Ponorogo tetap menyala hingga kini, dan ini dibuktikan di ajang Porprov Jatim IX 2025.

"Meski menurunkan atlet-atlet muda jujitsu Ponorogo ditahbiskan sebagai Raja jujitsu Jatim, karena mencetak hattrick juara umum Porprov Jatim," tukas Muryanto.

jujitsu Ponorogo sendiri di Porprov Jatim IX 2025 berhasil menggondol 3 medali emas, 3 medali perak, dan 3 medali perunggu. (*)